
Divisi Mountenering atau divisi Gunung Hutan merupakan divisi induk dari KPA-Amcalas Sultra yang telah ada sejak berdirinya organisasi ini. Divisi ini menitikberatkan pada segala aktifitas alam bebas seperti pendakian gunung, perintisan jalur, orientasi medan serta beberapa aktifitas yang berhubungan dengan navigasi darat.
Semua anggota KPA-Amcalas Sultra diwajibkan memiliki pengetahuan dasar tentang mountenering karena merupakan dasar untuk pengembangan ke bidang-bidang ilmu lainnya.
Mountenering merupakan segala aktifitas seorang petualang atau penggiat alam terbuka di alam bebas yang dilakukan hanya semata-mata untuk berpetualang, kegiatan penelitian ataupun yang bernuansa pendidikan artinya adalah mountenering tidak ditafsirkan sebagai kegiatan di alam bebas yang mengandung unsur-unsur explorasi atau exploitasi seperti yang dilakukan oleh perusahaan pengolah kayu ataupun perusahaan pertambangan meskipun aktifitas mereka berlangsung di hutan atau di alam bebas.
Kegiatan mountenering merupakan kesatuan dari segala aktifitas yang dilakukan para penggiat alam terbuka untuk mempelajari atau lebih mengenal jauh keadaan alam di medan sesungguhnya dengan beberapa spesifikasi bidang ilmu yang ada di dunia kepecintaalaman seperti, Gunung Hutan, Caving, Rock Climbing, Rafting, Diving, Lingkungan Hidup dsb.
Dalam kegiatan alam terbuka, seorang petualang tertunya harus memiliki pengetahuan dasar kepecintaalaman yang dapat menjadi pedoman dalam melakukan aktifitas di alam bebas. Hal tersebut sangatlah wajib dimiliki sebab untuk mempermudah dan mengurangi resiko-resiko yang mungkin saja dapat terjadi. Pengetahuan tersebut bisa diperoleh dari mempelajari beberapa buku panduan atau dari cerita orang-orang yang sudah berpengalaman atau sumber-sumber lain yang tentunya harus dipadukan dengan aplikasi dari teori-teori yang sudah di dapatkan.
Karena mencakup seluruh aspek kegiatan alam terbuka, mountenering memiliki bidang ilmu yang luas dan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi di alam dan lingkungan. Para penggiat alam terbuka pun senantisa menggali lebih jauh tentang ilmu-ilmu kepecinta alaman sehingga karakteristik dasar dari seorang pencinta alam yaitu seorang mountener tetap melekat dan menjadi sebuah ideologi petualang.
Ilmu-ilmu tentang mountenering sudah banyak dibahas dalam beberapa buku dan beberapa sumber tentang kepencinta alaman yang pada dasarnya mendeskripsikan secara garis besar tentang point-point utama dalam mempelajari ilmu kepencinta alaman. Adapun secara rinci tentang detail dari ilmu mountenering dibahas pada bagian lain di website ini.

Aktifitas
berpetualang di alam bebas merupakan sebuah kegiatan yang sangat menantang
dikarenakan medan yang diarungi membutuhkan keberanian, nyali dan fisik yang
memadai bagi seorang petualang. Kegiatan bermountenering memberikan banyak hal
dan cerita bagi orang-orang yang telah merasakan aktivitasnya, terlebih lagi
jika ada hal-hal yang berkesan yang dialami selama beraktivitas di alam bebas.

Orang-orang
yang sudah terbiasa dengan tantangan selalu merasakan kedekatan dengan alam
tatkala sedang berada di tengah rimbun pepohonan, ditengah kesejukan alam,
mendengar kicauan-kicauan burung dan hal-hal lain yang memberikan ketenangan.
Banyak alasan yang membawa orang untuk melakukan kegiatan mountenering,
kebanyakan dari mereka hanya untuk menyalurkan hoby berpetualang yang mungkin
dapat memberikan kepuasan batin atau ada juga yang ingin belajar dari alam
tentang sesuatu yang tidak pernah didapatkan sebelumnya.
Para
petualang tentunya memiliki tujuan tersendiri ketika berencana melakukan
kegiatan alam bebas. Dalam ilmu mountenering ada beberapa bagian aktifitas
menurut medannya yaitu gunung hutan, explorasi goa, pemanjatan tebing,
konservasi dan lingkungan hidup. Ke 4 hal tersebut merupakan kegiatan yang
paling umum dilakukan oleh penggiat alam terbuka.
Gunung
hutan merepresentasikan kegiatan penjelajahan hutan, pendakian gunung dimana
para petualang dituntut untuk bernavigasi darat, mengaruhi derasnya tantangan
hutan dan pegunungan. Explorasi goa merupakan kegiatan penelusuran didalam
perut bumi yang tentunya menyimpan misteri dalam alam kegelapan. Pemanjatan
tebing merepresentasikan aktifitas melewati medan vertical di alam bebas yang
tentunya membutuhkan nyali yang besar dan kekuatan fisik serta perhitungan yang
matang. Konservasi merupakan kegiatan memelihara dan melestarikan isi dari alam
baik itu flora, fauna dan ekosistem yang menjadi penyangganya. Lingkungan hidup
merupakan media yang menentukan keseimbangan alam dan keutuhan sistem dalam
seluruh lingkaran mahluk-mahluk yang mendiami dan memiliki ketergantungan
terhadap alam.
Kesemua
bidang ilmu tersebut sangat relevan dan menjadi bagian dan ilmu mountenering.
Mountenering merupakan induk dari aktifitas kepecintaalaman yang ruang
lingkupnya adalah generalisasi dari beberapa bidang ilmu kepecintaalaman. Untuk
dapat menjadi seorang yang benar-benar memiliki “identitas” pencinta alam
tentunya diwajibkan untuk menguasai ilmu-ilmu dasar mountenering baik itu
secara teoritis maupun pragmatis.

Mountenering
sangat identik dengan kegiatan penjelajahan hutan dan pendakian gunung yang
secara kuantitas lebih banyak diminati oleh kalangan pencinta alam. Seluruh
aktifitas mountenering pada muaranya
akan berujung pada bagaimana melestarikan alam dan lingkungan hidup. Hal
tersebut adalah tujuan utama dari konservasi. Jadi esensi dari kegiatan
mountenering adalah konservasi atau kelestarian alam.
Alam
merupakan rumah bagi seluruh mahluk hidup dimuka bumi tidak terkecuali manusia.
Alam memberikan kontribusi besar bagi kelangsungan mahluk hidup. Mahluk hidup
tidak bisa lepas dari alam. Seluruh mahluk hidup memiliki ketergantungan dengan
alam. Alam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia karena alam
merupakan satu-satunya sumber yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dan mahluk
hidup lainnya.
Mountenering
dan konservasi merupakan dua aktifitas yang tidak dapat terpisahkan. Masing-masing
memiliki peran dan tempat yang berbeda namun kelestarian alam merupakan tujuan
yang utama sehingga aktifitas mountenering yang banyak dilakukan belakangan ini
lebih bermuatan ilmiah, study dan penelitian tidak hanya sekedar melewati
hutan, mendaki gunung tanpa menghasilkan suatu ilmu yang dapat bermanfaat.
Pada
kenyataannya aktifitas mountenering memang lebih cenderung dilakukan sebagai
“fun hobby” atau kegemaran yang dilakukan hanya untuk mencari kesenangan,
bersantai atau refreshing. Akibatnya terkadang etika-etika banyak dilanggar
saat berada di alam sebagai akibat dari rasa kesenangan yang melampaui batas.
Hal tersebut banyak dijumpai dibeberapa tempat wisata alam yang awalnya
kehadiran orang-orang hanya sebatas mencari ketenangan dapat berubah menjadi
suasana bising dan kegaduhan ditambah lagi banyaknya coretan dimana-mana.
Kesemua fakta tersebut menunjukkan bahwa kegiatan di alam bebas terkadang
dimaknai berlebihan oleh segelintir orang yang belum memaknai arti kebebasan di
alam. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai norma dan etika yang tetap harus
dijaga saat berkatifitas di alam bebas sehingga identitas dan image seorang
pecinta alam tetap terjaga sebagai bukti exsistensi dan pengabdian terhadap
alam dan lingkungan hidup.
Mengingat
ruang lingkup ilmu mountenering sangat meluas dan terus berkembang, para
petualang diharapkan senantiasa terus belajar dan dapat mengaplikasikan
ilmu-ilmunya dalam setiap aktifitasnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi
banyak orang dan juga manfaat untuk alam dan lingkungan hidup. Seorang pencinta
alam yang berkarakter tentunya wajib memahami dan menguasai berbagai aspek
dalam mountenering yang saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang
lainnya. Aspek-aspek tersebut saling mendukung dan memperkuat karakteristik
seorang pencinta alam.